Jiwa Ihsan di Zaman Sekarang
Saturday, May 2, 2015
Add Comment
الحمد للهِ خَلَقَ اْلإِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، فَسَوَّاهُ وَهُدَاهُ إلى صِراطٍ مُسْتَقِيْمٍ. أشهد أنْ لاّ إله إلاّ اللهُ اْلعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ، وأشهد أنّ محمّدا عَبْدُهُ ورسولُهُ وهو على خُلُقٍ عظيْمٌ. اللّهمَّ صلّ وسلَّمَ على النَّبِيِّ اْلكريْمِ، مُحمّدٍ وعلى الهِ وأصْحابهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ الى يَوْمٍ عظيمٍ. اَمَّا بَعْدُ فَيا عِبادَاللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقاتِهِ ولاتَمُتُنَّ إِلاّ و انتم مُسلمُونَ. قال اللهُ تعال في كِتابِه اْلكريمِ: وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيْ، اِنّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِاالسُّوْءِ اِلاَّ ما رَحِيْمَ رَبِّيْ، اِنّ رَبّي غَفورٌ رَحِيْم
Jamaah Jum'at yang berbahagia.
Sudahkah kita mengucap syukur di hari berbahagia ini? kalau belum, marilah kita mengucapkan syukur atas seluruh karunia yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Karena hanya orang-orang yang tidak beriman sajalah yang enggan mensyukuri setiap anugerah yang diberikan Allah.
Apapun yang kita dapat hari ini, semua itu adalah pemberian Allah. Semua itu anugerah yang harus kita syukuri. Mungkin hari ini, diantara kita ada yang sakit. Itu juga anugerah, dengan sakit kita disadarkan tentang artinya sehat. Semua itu, tergantung kepada kita mau mensyukurinya sehingga semua terasa membahagiakan atau mengutukinya sehingga semua menjadi siksaan.
Ingatlah, wahai saudaraku kaum muslimin semuanya, kalau saat ini bisa melihat keindahan alam yang dibentangkan, menikmati cerahnya langit ataupun suramnya mendung, itu semua hanya karena pemberian Allah semata.
Tanpa meminta, kita telah diberi mata, tanpa memohon kita diberi-Nya telinga, tanpa kita merengek-rengek kita telah diberinya alat perasa, dan tanpa harus membuat dan mengirim proposal proyek kita telah diberi semuanya. Sungguh sangat pantas apabila dalam keheningan hati dan ketenangan pikiran, kita bergumam, "Betapa banyaknya nikmat Tuhan yang kadang tidak kita syukuri."
Anugerah terbesar yang kadang kita lupakan adalah bahwa saat ini, kita telah dan masih diberikan keimanan. Anugerah besar tidak diberikan kepada semua manusia. Bayangkan apabila kita tidak diberi-Nya anugerah iman. Kita pasti terus terombang-ambing dalam lautan kebimbangan. Oleh karena itu, kita harus mensyukuri karunia itu dengan cara khusus. Yaitu melengkapi keimanan kita dengan selalu beramal shalih.
Di dalam al-Qur'an, hampir semua kata iman selalu diikuti dengan kata "amalus shaalihat". Itu adalah pertanda, bahwa iman memang harus diikuti dengan amal shalih. Iman harus diwujudkan dalam alam nyata, dalam tindakan kita. Kalau iman hanyalah terhenti pada pernyataan bahwa aku percaya bahwa Allah swt adalah pencipta alam semesta, maka orang-orang jahiliyah juga mengatakan hal yang sama. Ketika Islam datang maka pernyataan keimanan itu dituntunkan untuk diwujudkan dalam alam kehidupan.
Jamaah jum'at yang diberkati Allah.
Dari surat Yusuf (12) ayat 53 yang kita baca di pembukaan khutbah tadi, kita bisa mengetahui kalau Nabi Yusuf Alaihi Salam mengakui kalau dirinya tidak bebas dari semua kesalahan. Dia mengaku hampir terseret oleh hawa nafsunya. Hawa nafsu itu telah mendorong kepada kejahatan. Kalau dia tidak mendapat rahmat Allah yang maha pengasih dan maha Pengampun, niscaya dia juga akan tergelincir.
Dari pengakuan nabi Yusuf ini, kita menjadi tahu betapa sulit diri kita melawan godaan nafsu, ayat 53 surat yusuf ini lebih jelas kalau kita kaitkan dengan ayat 24 yang artinya: "Dan sungguh perempuan itu telah berkendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya".
Dalam al-Qur'an terjemah versi Kementrian Agama Republik Indonesia, dijelaskan kalau ayat ini tidak menunjukan bahwa Nabi Yusuf mempunyai keinginan yang buruk terhadap perempuan itu. Tetapi, godaan itu demikian besarnya. Sehingga, sekiranya dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah, tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan. Dari kisah ini, kita tahu bahwa hanya keimanan sajalah yang akan selalu menyelamatkan kita dari setiap kehancuran.
Jamaah jum'at yang dikasihi Allah.
Kisah Yusuf ini, pada era sekarang pada dasarnya akan selalu terulang pada setiap manusia. Apalagi, pada manusia modern era sekarang. Gelombang modernitas telah melahirkan culture shock (kejuatan budaya) secara massal. Kejutan budaya ini, ditandai dengan banyaknya manusia yang mengalami kehilangan tujuan hidupnya. Oreintasi yang serba fisik dan materi mengalahkan yang nonfisik-ruhani.
Dalam keadaan seperti ini seluruh hawa nafsu akan sangat mudah membara membakar setiap senti kesadaran yang ada di hati kita. Hanya prilaku ihsan sajalah yang bisa menyelamatkan hidup kita dari jurang kehancuran yang akan disebabkan oleh jebakan nafsu.
Jamaah jum'at yang dikasihi Allah.
Apa itu ihsan? di dalam sebuah hadits disebutkan ihsan adalah "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu". (HR. Muslim dari Umar bin Khattab).
Dalam banyak kisah disebutkan, tatkala Zulaikha merayu Yusuf, Yusuf menjawab kalau dia malu melakukan hal terkutuk itu. Zulaikha menjawab, bahwa di ruangan hanya ada mereka berdua. Ketika Yusuf menjawab masih ada Tuhan, maka Zulaikha menutup mata berhala yang menjadi sesembahannya dengan sehelai kain. Namun, Yusuf menjawab bahwa Tuhannya bukanlah berhala itu. Walau kita tidak bisa melihat DIA, DIA selalu melihat tingkah laku kita. Yusuf kemudian berlari meninggalkan Zulaikha yang mengejarnya, hingga kain yang dipunggungnya terobek tangan zulaikha.
Ajaran ihsan dapat melahirkan jiwa muraqqabah. Yaitu, merasa bahwa diri selalu berada dalam pengawasan Allah. Sebagaimana kisah seorang penggembala kambing yang tidak mau dirayu Umar bin Khattab untuk menjual seekor gembalaannya karena takut kepada Allah. "Fa inallah, maka dimana Allah?," begitulah jawaban si penggembala yang berstatus hamba sahaya itu.
Tampaknya, jiwa muraqqabah yang bertumpu pada ihsan itulah yang kini hilang di negeri tercinta ini. Ketika korupsi dan segala bentuk penyimpangan prilaku maupun wujud kemunkaran lainnya merajalela secara kolektif dan sistematik.
Dalam ihsan, orang bahkan dituntut untuk berbuat baik terhadap mereka yang berbuat buruk kepada dirinya. Dalam suatu hadits Qudsi disebutkan, "Wahai Rasul Allah, sesungguhnya Allah swt memerintahkanmu untuk memaafkan orang yang mendzalimimu, memberi orang yang pelit kepadamu, dan menyambung silaturahim kepada orang yang memutuskannya denganmu".
Membalas kebaikan terhadap orang yang berbuat baik merupakan hal wajar atau lumrah, tetapi berbuat baik terhadap orang yang berbuat buruk sungguh merupakan pantulan dari ihsan yang utama yang derajatnya melampaui kedzaliman.
أَقُولُ قَوْلِيْ هَذا وَأسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ، لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنّهُ هو اْلغفورُ الرّحِيم
KHUTBAH KEDUA
اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدانا لِهذا وما كنّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أنْ هَدانا الله. أشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له، وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله لا نبيَّ بعده. وصلوَات اللهِ وسَلا مُهُ على نَبِيِّنا َمُحَمَّدٍ وعلى اَله وصحبه ومَنْ وَالاهُ. أمّا بعد فَيا عِباد الله، إتّقُوا اللهَ حقَّ تُقاتهِ، فقدْ فاز المُتّقُون
Sebelum khutbah kedua ini kita akhiri, marilah kita meminta kepada Allah semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki jiwa ihsan dan terselematkan.
الحمد لله رب العالمين. والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين
ُاللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمؤمنين يَوْمَ يَقُومُ اْلحِساب
اللّهمّ أرنا الحق حقا وارزقنا التباعه. وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجْتنابه. اللّهمّ إنّا نسْألك عِلمًا نافعًا وقَلْبًا خاشِعًا ورِزْقًا حَلالاً وَعَمَلاً مَقْبُولا
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبيّنا محمّدٍ وعلى اله وأصحابه أجمعين، والحمد لله ربّ العالمين
Sumber : Suara Muhammadiyah, Edisi No. 22 Th ke-99
0 Response to "Jiwa Ihsan di Zaman Sekarang"
Post a Comment