Wanita Dalam Lintas Sejarah

Wanita adalah seorang insan yang kalau tidak ada dia, tentu tidak akan ada laki-laki, sekaligus sebagai orang yang sangat dibutuhkan. Wanita adalah ibunda para nabi dan rasul, ibu para ulama dan orang-orang shaleh, dan seorang insan yang darinya lahir para pembesar dan pejuang nan gagah berani. Disamping itu, wanita beriman adalah hamba Allah yang bila ada yang menyakitinya, maka Allah menyatakan perang kepadanya.

Wanita Dalam Lintasan Sejarah
Berikut beberapa pandangan yang memaparkan kondisi wanita dalam lintasan sejarah dan kehidupan umat manusia di masa lalu, namun boleh jadi fenomenanya masih menyisakan luka hingga saat ini.

Wanita dalam pandangan bangsa Yunani:
1. Wanita adalah anggota masyarkat yang tidak memiliki kedudukan atau status mulia.
2. Wanita adalah penyebab segala penderitaan dan musibah yang menimpa umat manusia.
3. Wanita adalah makhluk yang paling rendah derajatnya, hingga mereka tidak berhak untuk duduk-duduk di meja makan, terlebih manakala ada tamu asing, maka kedudukannya adalah hanya sebagai seorang budak dan pelayan.
4. Kemudian opini berubah, dengan memberikan kebebasan seksual mutlak bagi wanita, yaitu sebagai pemuas nafsu hewani dan pelacur, sehingga mereka menempati kedudukan tinggi dan menjadi kiblat bagi masyarakat.

Wanita dalam pandangan bangsa Romawi:
1. Wanita adalah orang yang berhak “diikat tanpa dilepaskan…”, sehingga wanita senantiasa dikekang hak-haknya.
2. Setelah menjadi negeri modern, wanita adalah pelayan yang penuh kehinaan, akibatnya kaum wanita berusaha menyeret kaum lelaki ke dalam arus perbuatan keji dan dosa, dengan memanfaatkan pandangan laki-laki.

Dampak hal ini adalah maraknya profesi pelacur, kontes wanita telanjang, mandi bersama antara laki-laki dan perempuan dalam satu tempat dan novel-novel porno yang dibungkus dalam bentuk modernisasi dan reformasi.

Wanita dalam pandangan bangsa Persia:
1. Wanita adalah orang yang dizhalimi haknya dan mudah ditimpakan hukuman berat hanya karena sedikit kesalahan. Apabila kesalahan terus dilakukan malah diperbolehkan untuk menyembelih  wanita tersebut.
2. Wanita dilarang menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki baju besi yang bermacam-macam.
3. Apabila dating haid, maka wanita diusir dari tempatnya ke tempat yang jauh dan tidak boleh ada yang berhubungan dengannya kecuali pembantu yang bertugas mengantarkan makanan kepadanya.

Wanita dalam pandangan bangsa Cina:
1. Wanita adalah orang yang tinggal menunggu perintah untuk berbuat zina, tanpa bisa menolaknya.
2. Wanita adalah orang yang tidak berhak menerima warisan dari ayahnya.
3. Wanita adalah makhluk yang dianggap racun (kehidupan), yang merusak kebahagiaan dan harta benda.

Wanita dalam pandangan bangsa India:
1. Wanita adalah budak.
2. Wanita adalah sumber kesalahan dan penyebab kemunduran akhlak dan mental.
3. Wanita diharamkan untuk memperoleh hak-hak pemerintahan dan warisan.
4. Wanita tidak mempunyai hak hidup setelah suaminya meninggal, sehingga harus ikut meninggal juga dihari kematian suaminya dengan dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dalam satu tempat pembakaran.

Wanita dalam pandangan bangsa Yahudi:
1. Wanita adalah makhluk yang rendah dan hina.
2. Wanita adalah barang tak berharga yang dapat di beli di pasar-pasar, yang dikekang hak-haknya dan terhalang untuk mendapatkan warisan.
3. Wanita adalah satu pintu-pintu jahannam karena dituduh yang menggerakan dan membawa laki-laki kepada dosa.
4. Wanita adalah pemancar mata air musibah yang menimpa manusia.
5. Wanita adalah makhluk terlaknat yang telah menggoda Adam As.
6. Ketika haid, wanita tidak boleh duduk, tidak boleh makan-makan dan tidak boleh menyentuh bejana karena dianggap najis, dilarang memasuki rumah kecuali kamar khusus yang di depannya telah disediakan roti dan air.
7. Wanita adalah pelacur, sehingga kaum lelaki menjadikan perzinahan sebagai upacara suci dengan menyetubuhi wanita, bahkan zina dipandang sebagai bentuk pendekatan diri (taqarrub) kepada Tuhan.

Wanita dalam pandangan bangsa Nashrani (Kristen):
1. Wanita adalah biang dari kemaksiatan, akar dari kejahatan dan dosa.
2. Wanita adalah satu pintu-pintu jahannam karena dituduh yang menggerakan dan membawa laki-laki kepada dosa.
3. Berhubungan badan antara laki-laki dengan wanita adalah najis sekalipun ditempuh dengan cara yang benar (nikah), bahkan di antara mereka ada yang tidak memperbolehkan cerai sama sekali.

Kedudukan dan nilai wanita sebelum Islam
yang dimaksud masa sebelum Islam adalah masa jahiliyah, yaitu masa-masa kehidupan bangsa Arab khususnya dan penduduk bumi pada umumnya, dimana pada saat itu wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul telah terputus dan kehidupan mereka telah menyimpang dari jalan yang benar (jalan para Rasul).

Pada masa ini, kaum wanita hidup dalam kesengsaraan terutama pada masyarakat Arab, dimana saat itu mereka membenci kelahiran anak perempuan. Sehingga diantara mereka ada yang mengkubur hidup-hidup anak perempuannya hingga mati di dalam tanah. Di antara mereka pun ada yang tidak mengkuburnya, namun membiarkannya hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan.

Bila mereka selamat dari penguburan, maka wanita akan hidup dalam kehidupan yang hina dan terlunta-lunta. Mereka tidak akan menerima harta warisan dari kerabatnya, bahkan ia menjadi warisan suami yang meninggal seperti layaknya harta warisan yang seringkali diperebutkan. Kebanyakan wanita saat itu hidup di bawah satu suami, yang tidak terikat dengan jumlah isteri tertentu, baik yang diperoleh dari perbudakan, pemaksaan, penyiksaan, ataupun penzhaliman.

Demikianlah kepedihan, kepiluan dan kesengsaraan kaum wanita sepanjang zaman dan di berbagai tempat yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Nilai seorang Muslimah
Hanya dalam pengakuan dan naungan hukum dan syariat Islamlah seorang wanita dan kaum perempuan memperoleh berbagai kemuliaan, penghargaan, penghormatan, dan perlindungan extra, bahkan secara fulltime dan sangat sempurna (par excellent).

Salah satu bukti nyata dari tingginya perhatian Islam terhadap Muslimah adalah perintah berhijab atau berjilbab, yang berfungsi untuk menutupi aurat atau anggota tubuh mereka, dari pandangan kaum laki-laki yang tidak berhak menyaksikannya. Sehingga mereka akan terlindungi dari perilaku-perilaku para lelaki fasik yang ingin mengoyak kehormatannya.

Sejatinya perintah berhijab tersebut bukan dimaksudkan untuk mengekang kebebasan kaum muslimah, justru sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada jurang kehinaan atau lumpur kenistaan, seperti yang marak terjadi pada wanita yang memeluk agama lain selain Islam.

Namun yang sangat disesalkan adalah sebagian Muslimah justru tidak patuh dalam menjalankan ajaran Islam, termasuk karena melalaikan atau meremehkan perintah berhijab tersebut.

Sumber : Lajnah Ilmiah Hasmi. 2010. Di balik kemuliaan Hijab. Bogor: LBKI

Berlangganan update artikel terbaru via email:

6 Responses to "Wanita Dalam Lintas Sejarah"

  1. Islam benar-benar memuliakan wanita. Tapi sayang, banyak wanita yang malah berpakaian yang dapat merendahkan martabatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena mengikuti trend yang tak ngerti maksudnya, atau mungkin karena takut disebut kuper dan diasingkan dari komunitasnya sendiri.

      Delete
  2. posting yang sangat bermamfaat sekali,, ternyata hanya Islam yang lebih memuliakan Wanita...
    btw kalo kami di Padang,, Wanita mewarisi semua harta..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali gan.
      Laksnakan dulu perintah Islam mengenai pembagian waris yang benar, yakni laki2 dua bagian dan perempuan satu bagian, kenapa? karena wanita mau dinafkahi, kenapa laki2 2 bagian ? karena mau menafkahi.

      Diluar hal itu adalah kesepkatan keluarga dan semenjak hal tersebut tidak merugikan salah satu pihak atau pihak lainnya.

      Delete
Komentar yang sopan, berikan solusi terbaik anda!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel