Mengapa Kita Harus Shalat?

Sebelum memberikan wejangan tentang bacaan dan praktek shalat, mari kita cari tahu “mengapa kita harus shalat?”.

Berdasarkan referensi buku Lajnah Ilmiah Hasmi bahwa sesungguhnya shalat memiliki kedudukan yang sangat terhormat di dalam Islam, agung, mulia dan berharga. Shalat di dalam Islam ibarat kepala dari jasad. Jika, tidak mungkin terbayang jasad tanpa kepala, maka tidak mungkin pula terbayang Islam tanpa shalat.

Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikannya, berarti dia mendirikan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya, berarti ia menghancurkan agama. Shalat menjadi amal yang paling utama dikarenakan merupakan kontak atau hubungan antara seorang hamba dengan Khaliqnya.

Shalat adalah rahmat Allah bagi para hamba-Nya yang kepada naungannya mereka berteduh sebanyak lima kali, memuji Rabbnya, bertasbih, meminta rahmat, hidayah magfirah dan pertolongan-Nya. Ia adalah pembersih jiwa orang-orang yang melakukannya, baik laki-laki maupun perempuan, menghapus kesalahan-kesalahan dan menghilangkan dosa-dosa. Utsman bin Affan bertutur, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:


ما من امرئ مسلم تحضره صلاة مكتوبة فيحسن وضوئها وخشوعها وركوعها الاّ كانت كفارة لما قبلها من الذنوب مالم تؤت كبيرة وذلك الدهر كلّه

“Tidaklah seorang muslim datang kepadanya waktu shalat fardhu, lalu ia berwudhu dengan baik dan melakukan shalat dengan khusu’ dan ruku’ dengan baik, melainkan shalatnya pasti akan menghapus dosa-dosa sebelumnya selama dia tidak mengerjakan dosa besar. Dan itu berlangsung sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Ingatlah, shalat adalah teman bagi segala macam peribadatan. Di dalamnya penuh dengan pengagungan yang indah dan menakjubkan. Ia di mulai dengan takbir, lalu membaca kalamullah (al-Qur’an), kemudian ruku’ sebagai bentuk pengagungan kepada Tuhannya, lalu bangkit dari ruku’ ia penuhi dengan berbagai pujian kepada Allah, kemudian sujud dengan mensucikan Allah. Di dalamnya disertai dengan do’a, dialnjutkan dengan duduk untuk berdo’a dan tasyahud, kemudian diakhiri dengan salam. Itulah shalat.

Senada dalam buku “Membangun Intlektual Muslim yang Tangguh” mengenai shalat, bahwa: shalat menurut bahasa mengandung arti do’a ataupun permohonan. Hal ini karena sebagian besar bacaan dalam shalat itu berisi do’a ataupun permohonan kepada Allah SWT.

Sedangkan ditinjau dari segi istilah shalat berarti tindakan khusus untuk memuliakan Allah yang berintikan perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan pada syarat-syarat dan rukun-rukun yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau:

صلّوا كما رايتمون أصلّي

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari Muslim)
Shalat adalah penolong dalam segala urusan, pencegah dari segala maksiat dan kemunkaran. Shalat adalah cahaya bagi orang-orang yang beriman yang memancar dari dalam hatinya dan menyinari ketika di padang mahsyar. Dan shalat adalah kebahagiaan jiwa orang-orang beriman serta penyejuk jiwa. Rasulullah mengingatkan:

“Barangsiapa yang menjaga shalatnya, niscaya ia akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat (baginya) pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan ath-Thabrani).

Untuk itu marilah kita agungkan shalat dengan cara:
  1. Menjaga waktu dan batas-batasnya.
  2. Meneliti rukun-rukunya, hal-hal yang wajib dan hal-hal yang disunnahkan sebagaimana kesempurnaannya.
  3. Bersegera menunaikannya dengan penuh semangat saat kewajiban itu tiba, dan
  4. Menyesal serta bersedih, jika tidak dapat menunaikan dengan baik dan sempurna.
Jadi shalat memiliki kedudukan yang agung dan dengan shalat pula kita menegakan agama Allah di muka bumi karena dalam shalat terkandung do’a dan ampunan, do’a yang kita panjatkan kepada Allah bahwa kita adalah hamba yang lemah, hamba yang serba kekurangan atau fakir, hamba yang butuh perlindungan dan dengan ampunannya mudah-mudahan kita termasuk golongan yang selamat dan dimasukan dalam surganya Allah. Aamiin !
Sebaliknya peringatan keras bagi orang-orang yang enggan melaksanakan shalat atau meninggalkannya adalah di cap kafir. Dalam hadits, Rasulullah bersabda:


العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر

“Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka berarti dia telah kafir.” (HR. Ahmad at-Tirmidzi)

Wahai saudaraku kaum muslimin, apakah kita tidak merasa malu di saat kita meninggalkan shalat?, mengapa hanya kita yang tidak mau menundukan kepala di hadapan Tuhannya, padahal seluruh alam semesta tunduk dan sujud serta bertasbih kepada Allah.

Saudaraku, tak ada kehinaan yang lebih besar dibandingkan kita bersanding bersama orang-orang yang dihinakan oleh dan dilaknat oleh Allah. Dan orang-orang yang meninggalkan shalat akan disandingkan pada hari kiamat bersama Fir’aun, Qarun, Haman yang dilaknat dan dihancurkan oleh Tuhan pencipta alam. Nabi pernah bersabda tentang shalat:


من حافظ عليها كانت له نورا وبرهانا ونجاة يوم القيامة, ومن لم يحافظ عليها لم تكن له نورا ولابرهانا ولانجاة, وكانت يوم القيامة مع قارون وفرعون وهامان وأبي بن خلف

“Barangsiapa yang menjaganya maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan, dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih).
Dapat diambil kesimpulan bahwa shalat adalah perintah Allah, jika melanggar perintah maka telah melawan Allah, otomatis Allah benci terhadap hambanya yang membangkang terhadap perintahnya, seharusnya kita sebagai manusia yang telah Allah jadikan khalifah untuk senantiasa menegakkan shalat, hakikatnya kita yang butuh, bukan Allah !
Untuk menegaskan pernyataan tersebut saya ambil referensi dari kitab Nashaihul Ibad yang isinya:
  1. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya apabila orang terdahulu dan yang terakhir, serta manusia dan jin di antara kamu semuanya memiliki hati orang yang paling taqwa, maka tidak akan menambah (keagungan) sedikitpun di dalam kerajaan-Ku.
  2. Wahai hamba-hamba-Ku,  sesungguhnya apabila orang terdahulu dan yang paling akhir, manusia dan jin semuanya memiliki hati seorang yang paling durhaka, maka itu tidak akan mengurangi (keagungan) sedikitpun di dalam kerajaan-Ku.
  3. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya apabila orang yang terdahulu dan yang paling akhir diantaramu, manusia dan jin semuanya berada di satu lapangan, kemudian mereka meminta kepada-Ku, lalu Aku member kepada setiap orang sesuai permintaannya, maka hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali seperti jarum mengurangi air apabila jarum itu dimasukan ke dalam lautan.
Dengan demikian mesti diingat kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali pada-Nya. Dan pertama kali amal yang di hisab dihadapan Allah adalah shalat. Ingatlah !

Sumber:
  1. LBKI Penyusun Lajnah Ilmiah Hasmi
  2. Kitab Nashaihul Ibad oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani
  3. Membangun Intlektual Muslim yang Tangguh oleh LPPI UMP

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengapa Kita Harus Shalat?"

Post a Comment

Komentar yang sopan, berikan solusi terbaik anda!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel